Selamat Datang Diblog RAJIS, Jangan Lupa Kasi Komen Ya, ^_^,

Rabu, Desember 7

ikhtiologi, linea lateralis

1.PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Secara teori, para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai dengan empat puluh ribu spesies ikan yang mendiami permukaan bumi. Dari semua jumlah tersebut, sekitar 10 % mendiami perairan Indonesia, baik itu berupa perairan laut, payau, maupun perairan tawar. . Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan mencapai tiga ratus spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan yang lainnya sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar pengklasifikasian (Manda et al, 2005).
Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudra pasifik dan samudra hindia dan mempunyai tatanan geografis yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di berbagai tempat, terutama di kawasan barat, menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata dan hampir seragam, tetapi di tempat lain, terutama dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk tidak teratur dan rumit (Feliatra et al, 2003)
Linea lateralis pada ikan adalah suatu garis yang dibentuk oleh pori,dapat ditemukan pada ikan bersisik dan tidak bersisik.Bentuk Linea lateralis pada umumnya bervariasi demikian juga dengan jumlah sisik yang membentuk Linea Lateralis.(Penuntun Praktikum Ikhtiologi,2011)
Jumlah spesies ikan yang tercatat mendiami daerah Riau di perkirakan mencapai tiga ratus spesies. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan spesies yang lainnya sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan identitas yang pada dasarnya dapat di jadikan sebagai dasar pengklasifikasian.
I.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum Linea lateralis, Perhitungan sisik dan morphometrik adalah untuk mengetahui jumlah sisik pori yang terdapat dibagian luar tubuh ikan yang dipraktikumkan,serta pengukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh suatu spesies ikan untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan,dan membedakan ukuran perbandingan antara spesies ikan yang berbeda, tetapi masih satu genus.
Manfaaat yang dapat diambil setelah praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bentuk linea lateralis yang terdapat pada ikan serta mengetahui perhitungan jumlah sisik dan morphometrik pada ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Manda et al (2005), Linnea Lateralis pada ikan adalah garis yang dibentuk oleh pori, jadi linnea lateralis ini terdapat pada ikan yang bersisik maupun tidak bersisik. Bentuk linnea lateralis umumnya bervariasi demikian juga jumlah sisik yang membentuk linnea lateralis. Data pengukuran bagian-bagian dari tubuh suatu spesies ikan penting artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.
Ikan adalah salah satu diantara organisme pada kelompok vertebrata dan yang paling banyak jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan di seluruh permukaan bumi, sangat beragam dalam adaptasi morfologi, fisiologi dan tingkah lakunya. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil dicatat sekitar 21.000 spesies dan di perkirakan akan berkembang mencapai 28.000 spesies ikan yang hidup di muka bumi adalah 21.273 spesies (Yuniarti,2004).
sistem pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem pernapasan dan sistem reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Linea lateralis merupakan garis yang terdapat pada badan ikan yang terbentuk oleh adanya pori, dimana linea lateralis ini dapat ditemukan pada ikan yang bersisik atupun tidak bersisik. Bentuk linea lateralis pada ikan pada umumnya bervariasi, demikian juga dengan sisik yang membentuk linea lateralis (Manda et al, 2006).
Data pengukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh suatu spesies ikan penting,artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan. Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk indentifikasi bukanlah ukuran mutlak, tetapi ukuran perbandingan yang penting untuk membedakan antara spesies yang berbeda tetapi masih satu genus. (penenutun praktikum ikhtiologi,2011).
III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini di laksanakan pada hari Jum’at, tanggal 18 Maret 2011, pukul 08.00 - 10.00 WIB di Laboratorium Biologi perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
3.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Ikan Tongkol (Euthynnus pelamis)
2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
3. Ikan Merah (Lutjanus eryptiopterus)
4. Ikan Senangin (Polynemus tetradactylus)
5. Ikan Teri (Stolepherus comersoni)
6. Ikan Toman (Ophiochephalus micropaltes)

Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Baki atau Nampan
2. Kain lap / Serbet
3. Buku praktikum ikhtiologi
4. buku penuntun praktikum ikhtiologi
5. Alat-alat tulis (Pena, Pensil, Penghapus, dan penggaris)
6. Tissu gulung


3.3. Metode Praktikum
Metode yang dilakukan dalam praktikum ini, yaitu pengamatan secara langsung, dimana data dan informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cara mengamati secara langsung di laboratorium Biologi Perikanan, sehingga dapat memberikan gambaran tentang linea lateralis,perhitungan sisik, dan morphometrik yang terdapat pada ikan.
3.4. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum ini adalah menggambar ikan-ikan yang telah disediakan. Ikan diletakkan di atas nampan yang telah disediakan lalu digambar pada buku gambar, membuat klasifikasi ikan, menyebutkan ciri-ciri ikan, dan mengamati tentang linea lateralis,perhitungan sisik, dan morphometrik, dan mengitung jumlah sisik yang terdapat pada tubuh ikan yang dipraktikumkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Ikan Tongkol (Euthynnus pelamis)

Klasifikasi ikan Tongkol: Ordo: goboioida, famili:Scombridae, genus:Euthynnus,spesies: Euthynnus pelamis, habitat:air laut.

Ukuran morfometrik:
TL = 240 mm
FL= 230 mm
SL = 220 mm
BdH = 60 mm
HdL= 50 mm
Gambar 1. Ikan Tongkol
4.1.2 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Klasifikasi ikan Nila : Ordo:Percopmorpa, famili:Chiclidea, genus:Oreochromis, Spesies: Oreochromis niloticus, habitat:air tawar.


Ukuran morfometrik:
TL = 155 mm
SL = 130 mm
BdH = 50 mm
HdL = 40 mm

Gambar 2. Ikan Nila
4.1.3 Ikan Merah (Lutjanus eryptiopterus)
Klasifikasi ikan Merah : Ordo: Percomorpi, family: Lucanidae Genus:Lutjanus, species: Lutjanus eryptiopterus, habitat:air laut.

Ukuran Morfometrik:
TL : 210 mm
SL : 166 mm
FL : 178 mm
HdL: 40,8 mm
BdH : 50,9 mm

Gambar 3: Ikan Merah

4.1.4 Ikan Senangin (Polynemus tetradactylus)
Klasifikasi ikan Senangin : Ordo: Persecoses, family: Polinemidae,
genus: Polinems, spesies: Polynemus tetradactylus, habitat:air Tawar.

Ukuran Morfometrik:

TL: 210 mm

FL: 190 mm

SL: 170 mm

BdH: 60 mm

HdL: 60 mm





Gambar 4: Ikan Senangin


4.1.5 Ikan Teri (Stolepherus comersoni)
Klasifikasi ikan Teri: Ordo:Clupeformes, family:Engraulididae, genus:Stulepherus Spesies: Stolepherus comersoni, habitat:air Laut.


Ukuran Morfometrik:

TL: 130,5 mm

SL: 110 mm
FL : 120 mm
BdH: 20,5 mm

HdL: 20 mm



Gambar 5: Ikan Teri



4.1.6 Ikan Toman (Ophiochephalus micropaltes)
Klasifikasi ikan Toman: Ordo : Labyrinzhici, family:Ophiocephalidae, genus: Opheocephalus, spesies: Ophiochephalus micropaltes, habitat:air Tawar.

Ukuran Morfometrik:

TL : 420 mm

SL : 350 mm

BdH : 80 mm

HdL : 120 mm



Gambar 6: Ikan Toman


4.2. Pembahasan

4.1.1 Ikan Tongkol (Euthynnus pelamis)
Ikan Tongkol yang merupakan ikan pelagis dan perenang cepat ini mempunyai kepala simetris, bentuk tubuhnya seperti cerutu, dan memiliki kulit
yang licin. Sisiknya dari jenis sikloid. Sirip punggung ada dua yang
letaknya berdekatan. Gurat sisi berjalan di sebelah atas daripada sirip
dada. Sirip dada melengkung, ujungnya tirus dan pangkalnya lebar. Sirip
ekor bercagak dua dengan kedua ujungnya yang panjang, dan pangkalnya
bulat kecil. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada
pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip ini dapat
dilipat masuk ke dalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil
daya gesekkan dari air pada waktu ikan tersebut sedang berenang cepat.(Djuhanda,1981).
SnL=20 mm, PoL=10,5 mm, VL=20 mm, NoL=30 mm.
4.1.2 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Djarijah (1995)mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut : Phylum Chordata,Subphylum Vertebtara, Klass Osteichtyes, Subklass Achanthoptherigi,
Ordo Percopmorpa, Subordo Perciodea, Family Chiclidea, Genus
Oreochromis, dan Spesies Oreochromis niloticus.
Ikan Nila bersifat omnivora tapi cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang
berasal dari Plankton, Tumbuh-tumbuhan hakus, dedak tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan lain sebagainya ( Asmawi, 1986).
Menurut. RAHAYU. W. (1992) ikan tongkol termasuk dalam golongan ikan pelagis, perenang cepat, mempunyai kadar lemak yang rendah, serta mempunyai komposisi daging yang terdiri daging merah dan putih. Ikan tongkol masih dalam keluarga Scombridae, bentuk tubuh seperti cerucut, dengan kulit licin dan sirip dada melengkung.
AL=20,2 mm, VL=20,7 mm, PoL=40 mm, DL=10,6 mm,VoL=20 mm, SnL=10,5 mm, I Or L= 10,6 mm, ED=1,0 mm.
4.1.3 Ikan Merah (Lutjanus eryptiopterus)
Menurut Saanin (1984), mengklasifikasikan ikan Merah dalam ordo: Percomorphi, family: Lucanidae, genus: Lucanus dan spesies: Lutianus erythropterus. Dengan ciri-ciri kepala tumpul dan ekor berlekuk, tubuh berwarna merah agak keputihan.
Alamsyah(1980) ikan Kakap Merah merupakan ikan yang termasuk ke dalam Ordo Perciformes, Family Laboridae, dan genud Lutainus dan Spesies Lutianus erythropterus.Ikan ini merupakan ikan air laut yang mempunyai sirip punggung yang sempurnayang terletak di depan sirip perut atau di belakang kepala bagian anterior badan pada ikan tersebut.Sirip dada pada ikan merah oblique dan terletak di bawah linea literalis di bawah sudut operculum.Sirip perut ikan ini berbentuk thorcic,sedangkan sirip anus terpisah dengan sirip ekor dan bagian pangkalnya diliputi oleh sisik.Bentuk ekor ikan ini adalah berlekuk tunggal.
Ikan merah (Lutjanus eryptropterus) adalah ikan yang berada di perairan luat.bentuk tubuh bilateral simetris dengan klasifikasinya adalah Ordo Percomorphi, Famili Lucanidae, Genus lutjanus, Spesies Lutjanus eryptropterus. Pada ikan merah mulutnya besar, dapat disembulkan kedepan, ujung belakang dari rahang atas terletak dibawah sudut dari depan bola mata. Ikan merah ini mempunyai empat buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan ekor. Warna sirip tersebut bewarna merah kelam (DJUHANDA, 1981).
AL=20,1 mm, VL=30,6 mm, PoL=30,6 mm, DL=20,3 mm, SnL=10,2 mm, NoL=20,4 mm, I Or L=30,1 mm.

4.1.4 Ikan Senangin (Polynemus tetradactylus)
Senangin (bahasa Inggris: Threadfin) adalah ikan laut yang berwarna keperakan dan biasa hidup bergerombol. Jenis ikan ini bisa ditemukan pada saat air pasang tapi tidak terlalu tinggi, dan biasanya pada kondisi air yang lumayan jernih. Spesiesnya antara lain meliputi Eleutheronema tetradactylum, Polynemus paradiseus, Polydactylus sextarius, dan Plotosus canius.(wikipedia,2010)
AL=30,1 mm, VL=10,8 mm, PoL=20,5 mm, DL=20 mm, NoL=30 mm, SnL=10,7 mm, I Or L=10,5 mm.

4.1.5 Ikan Teri (Stolepherus comersoni)
Ikan teri atau ikan bilis adalah sekelompok ikan laut kecil anggota keluarga Engraulidae. Nama ini mencakup berbagai ikan dengan warna tubuh perak kehijauan atau kebiruan.Walaupun anggota Engraulidaei ada yang memiliki panjang maksimum 23 cm, nama ikan teri biasanya diberikan bagi ikan dengan panjang maksimum 5 cm. Moncongnya tumpul dengan gigi yang kecil dan tajam pada kedua-dua rahangnya. Mangsa utama ikan teri ialah plankton. (wikipedia, 2010).
AL=10 mm, VL=0,8 cm, PoL=0,9 mm, DL=10,1 mm, NoL=10,2 mm, SnL=0,5 mm, I or L=10,6 mm.
4.1.6 Ikan Toman (Ophiochephalus micropaltes)
Saanin (1986) mengklasifikasikan ikan Toman sebagai berikut kelas Osteichthyes, ordo labyrinthici, subordo Ophiocephaloidei, famili Ophiocephalidae, genus Ophiocephalus dan species Ophiocephalus micropeltes.
Asmawi (1986) menyatakan bahwa ikan toman memiliki cirri-ciri sebagai berikut : tubuhnya ditutupi oleh sisik yang berwarna biru kehitam-hitaman pada bagian punggung dan bagian perut berwarna putih cerah , pada ikan Toman muda disepanjang tubuhnya terdapat 2 garis hitam yang membujur, tapi pada ikan yang sudah tua kedua garis tersebut hilang.
AL=20,5 mm,VL=20mm, PoL=20,5 mm, NoL=40 mm, SnL=20 mm, I Or L=30 mm.
IV. KESIMPULAN & SARAN
4.1. Kesimpulan
Linnea Lateralis pada ikan adalah garis yang dibentuk oleh pori, jadi linnea lateralis ini terdapat pada ikan yang bersisik maupun tidak bersisik. Bentuk linnea lateralis umumnya bervariasi demikian juga jumlah sisik yang membentuk linnea lateralis. Data pengukuran bagian-bagian dari tubuh suatu spesies ikan penting artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.
sistem pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem pernapasan dan sistem reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
4.2 Saran
Mencari ikan di pasar maupun di kolam-kolam tertentu di daerah Pekanbaru merupakan salah satu kegiatan yang tak kalah penting dengan kegiatan praktikum itu sendiri. Oleh karena itu, hendaknya para praktikan sebelum mencari ikan terlebih dahulu mendapat gambaran dan penjelasan tentang ikan yang dimaksud maupun pasar yang menjadi tujuan mencari ikan sampel. Penulis mengharapkan ada penjelasan terlebih dahulu mengenai gambaran ikan yang akan dicari, sehingga memudahkan dalam mencari ikan, dan menganalisa data tentang ikan tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Ridwan Manda Putra, Iesje Lukystiowati, Chaidir P. Pulungan, Budijono,
Windarti. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology. Faperika. Pekanbaru.

http://id.wikipedia.org/wiki/ (diakses pada tanggal 20 maret 2011)

http://aquaculture09.blogspot.com/2010/04/literatur-ikan-tongkol-ethynnus- pelamis.html(diakses pada tanggal 20 maret 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Patin (diakses pada tanggal 20 maret 2011)

http://aquaculture09.blogspot.com/2010/05/sistem-otot-dan-integumen-linea.html (diakses pada tanggal 20 maret 2011)

Evy, R., Endang Mujiani dan K. Sujono, 2001. Usaha Perikanan Diindonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.

Fitri Tampubolon,2011.http://fitripsp.blog.friendster.com/literatur-ikan (diakses pada tanggal 20 maret 2011)

http://kumpulan-diktat-kuliah.blogspot.com/2009/04/ikhtiologi-berasal-dari- gabungan-dua.html (diakses pada tanggal 20 maret 2011).

ikhtiologi, sistem peredaran darah

1.PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ikan adalah hewan yang hidup di perairan dan mempunyai darah dingin artinya panas badannya mengikuti panasnya air di mana ia berada sampai batas maksimum ikan itu hidup. Ikan terutama bernafas dengan insang yang terdapat dikanan dan kiri kepala.( Wikipedia,2011).
Ikan dalam ilmu biologi dipelajari dalam cabang ilmu yang dinamakan dengan Ikhtiologi. Ikhtiologi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu zoologi yang khusus mempelajari ikan. Istilah ikhtiologi berasal dari bahasa Yunani, ichtys, untuk ikan. Ikhtiologi mempelajari semua aspek biologi ikan meliputi perilaku, ekologi, sistematik, dan proses evolusi dari ikan. Ilmu tentang ikan. Ikhtiologi, sangat terkait dengan berbagai macam cabang ilmu. Begitu pula dengan sistem peredaran darah pada ikan. Sistem peredaran darah pada semua organisme merupakan proses fisiologis yang sangat penting. Untuk melakukan aktifitas, sel, jaringan, maupun organ membutuhkan nutrisi dan oksigen. Bahan-bahan ini dapat disuplai bila peredaran darah berjalan normal. Karenanya, semua fungsi dari setiap organ dalam tubuh kadang-kadang dilihat pada darah. (Black,1990 ).
Ikan mempunyai sistem peredaran darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembuluhnya, jadi tidak ada hubungan langsung dengan sel tubuh sekitarnya. Darah memberi bahan materi dengan perantaraan difusi melalui dinding yang tipis dari kapiler darah, dan kembali ke jantung melalui pembuluh yang ke dua. Atau secara garis besarnya peredaran darah tunggal adalah peredaran darah yang darah nya dari insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung.( Wikipedia,2011).
Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardjo., M, F (1980) yang menyatakan bahwa ikan (pisces) adalah binatang yang bertulang belakang, berdarah dingin, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernafas dengan insang.
Usaha perikanan yang ada di Indonesia merupakan perpaduan antara usaha perikanan darat dan perikanan laut. Ikan merupakan sumber protein yang paling murah dibanding dengan sumber protein yang lainnya seperti telur, susu dan daging (DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS, 1996/1997).
Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2 dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, siak, Kampar dan sungai Indragiri yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (YUNIARTI, 2000).
Sistem syaraf pada ikan merupakan suatu system yang sangat pentik karena system syaraf adalah penggerak dari system dan organ lain. System syaraf pada ikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu system syaraf cerebro spinal dan system autonomic, sedangkan system cerebro spinal dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu bagian pusat, bagian ini mencakup otak dan spinal kord. Selanjutnya bagian porifer yang meliputi syaraf spinal, syaraf cranialdan organ sensori (TIM IKTIOLOGI 2010).
Secara anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang bekerjasama dalam membentuk keseluruhan individu, adapun kesepuluh sistem tersebut yaitu sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem integumen, sistem otot, sistem pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem pernapasan dan sistem reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya (RAHARJO, 1990).

1.1. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pelaksanaan pratikum ini adalah untuk mengetahui seluk beluk tentang ikan yang kita amati khususnya pada sistem peredaran darah dan system syaraf pada ikan barau (Hampala macrolepidota).
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana system peredaran darah dan system syaraf yang menunjang kinerja tubuh ikan yang dipratikumkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mudjiman (2001)setiap ikan mempunyai makanan yang berbeda. Jika dilihat dari jenis makanannya maka ikan dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu herbivor, karnivora dan omnivora. Berdasarkan cara makannya ikan dibedakan menjadi lima golongan yaitu pemangsa (predator), penggerogot (grazer), penyaring (strainer), penghisap (sucker) dan parasit.
Sistem peredaran darah adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh. Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun tetap ada perbedaan-perbedaan diantara setiap kelompok hewan. (Wikipedia,2011).
Ikan pada umumnya, vena utama yang membawa darah kembali ke jantung ialah sepasang vena kardinalis anterior-dan posterior. Vena yang pertama, membawa darah dari bagian kepala berjalan berdampingan dengan sepasang vena jugularis yang letaknya lebih ke tengah. Dari ekor berjalan vena caudalis yang tunggal, kemudian bercabang dua menjadi vena portae renalis menuju ke ginjal. ( Black,1990 ).
Alat peredaran darah ikan terdiri atas jantung dan sinus venosus. Jantung ikan terdiri ata dua ruangan, atrium dan ventrikel dan terletak di belakang insang. Sinus venosus adalah struktur penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung. Diantara antrium dan ventrikel jantung terdapat klep untuk menjaga agar aliran darah tetap searah. Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung.(Wikipedia,2011).
Beberapa organ pada ikan dapat membentuk darah. Pada stadia embrio, saluran darah dapat menghasilkan sel-sel darah, pada ikan dewasa sel-sel darah masih dibentuk di permukaan saluran darah, namun pusat-pusat pembentukan sel-sel darah lebih nampak. Pada Cyclostomata spp, semua jenis sel darah dibentuk dalam limpa yang tersebar pada submucosa, usus alat pencernaan makanan. ( Catton,1991 ).
Organ-organ yang berfungsi sebagai alat sirkulasi yaitu berupa : jantung, pembuluh nadi (aorta, arteri) dan pembuluh balik (vena), dan kapiler-kapiler darah. Bahan yang diedarkan : darah(plasma darah dan butir-butir darah).( Lerman,1996 ).
Organ Sensori pada Ikan Baung terdiri dari Organ Penglihatan yang terdiri dari bagian ruang depan, lais, lensa, ruang vitrous, dan retina. Pada Organ pembau terletak di rostrum tepat di depan mata. Pada Organ Pengecap terdapat di dalam kulit, dan banyak di jumpai di daerah mulut, pharynk, dan lengkung insang.(Wikipedia,2011)
Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun tetap ada perbedaan-perbedaan di antara setiap kelompok hewan. Hal tersebut tergantung anatomi, fisiologi, dan kondisi lingkungannya.(Black,1990).
Komponen penyusun sistem peredaran darah adalah jantung, darah, saluran darah, dan limpa. Saluran pembuluh darah utama adalah arteri dan vena yang terdapat di sepanjang tubuh ikan. Arteri atau pembuluh nadi merupakan pembuluh yang berdinding tebal dan kuat tetapi tidak mempunyai klep-klep, berfungsi membawa darah meninggalkan jantung. Sedangkan vena atau pembuluh balik merupakan pembuluh darah yang berdinding tipis dan mempunyai klep-klep pada jarak tertentu, berfungsi membawa darah kembali ke jantung.(Wikipedia,2011)
Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Start dari jantung, darah menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya darah di alirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke segenap organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil. Selain itu, sebagian darah dari insang kadang-kadang langsung kembali ke jantung.(Wikipedia,2011).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at,tanggal 6 Mei 2011, pukul 08.00 – 10.00 WIB,yang bertempat di Laboratorium Biologi Perikanan (ikhtiologi) , Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah nampan, gunting, Cutter penggaris, serbet, alat tulis lengkap dengan buku penuntun praktikum dan buku untuk menggambar hasil pengamatan yang telah dilakukan. Sedangkan bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan Barau (Hampala macrolepidota).
3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikun ini adalah pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan.dengan cara melakukan pengukuran terhadap tubuh ikan dan kemudian melakukan pembedahan guna melihat sistem peredaran darah terutama jantung ikan tersebut, dan system syaraf yang menunjang tubuh ikan tersebut.
3.4. Prosedur Praktikum
Pertama sekali yang harus dilakukan adalah menyediakan bahan berupa ikan yang sebelumnya telah ditentukan jenisnya. Ikan tersebut kemudian diletakkan dalam nampan. Gambarkan ikan-ikan tersebut pada buku gambar yang telah disediakan, perhatikan jantung pada ikan tersebut dan ambil hipofisa ikan tersebut dan digambarkan jantung pada ikan tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Ikhtiologi ini maka ikan Barau (Hampala macrolepidota).ini dapat diklasifikasikan ka dalam:Ordo : Osteichtyes, Family : Hampaladae,Genus : Hampala,Species : Hampala macrolepidota.
Pada sebagian besar ikan ,jantung berada agak dibagian posterior ingsang, jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut pericardium. Ukuran jantung bervariasi pada setiap jenis ikan. Jantung ikan terdiri dari dari bagian : sinus venusus, Atrium (Auricle), ventricle, Conus ateriosus/bulbus arteriosus.( Penuntun praktikum ikhtiologi,2011).
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum ini maka semua ikan digolongkan kedalam kelas Pisces, ini dikarenakan ikan yang digunakan dalam praktikum memiliki ciri-ciri yang tampak berupa insang, sirip, tulang belakang dan lainnya.
Sistem peredaran darah adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh. Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun tetap ada perbedaan-perbedaan diantara setiap kelompok hewan. (Wikipedia,2011).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun perbedaan-perbedaan mendetail tetap ada antara setiap kelompok hewan. Hal tersebut tergantung anatomi, fisiologi, dan kondisi lingkungannya. Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah, yakni dari jantung darah dipompa ke insang untuk melakukan pertukaran gas kemudian ke berbagai organ tubuh, setelah itu darah kembali ke jantung.
Unit terkecil dari system saraf ialah sel saraf (neuron), yang terdiri dari badan sel yang berinti dan penjuluran plasma dari badan sel sebanyak dua atau lebih. Penjuluran plasma yang pendek dinamakan dendrite yang berfungsi sebagai penerima impuls. Sedangkan penjuluran plasma yang panjang dinamakan neurit atau akson, yang berfungsi meneruskan impuls yang diterima.

5.2. Saran
Diharapkan agar objek yang menjadi penelitian benar-benar diteliti dengan baik, agar hasil yang didapatkan baik pula, demi kesempurnaan praktikum ini, baik sekarang maupun yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Anak Budidaya 06.http://ebrieunri.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 10 maret 2011).
Black, E. C. 1990. The transport of oxygen by the blood of freshwater fish. Biol. Bull., 215-229
Catton, W. T. 1991. Blood cell formation in certain teleost fishes. Blood, Jour. Hema 6: 39-60
DianPamelasari.http://aquaculture09.blogspot.com/2010/05/literatur-ikan-barau.html (diaksespada tanggal 10 maret 2011).
Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedan Sukendi,Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan ilmu KelautanII .Faperikan Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal
Fujaya, 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki// (diakses pada tanggal 07 maret 2011).
Lagler, K. F. Ichthyology. United States.
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Uniersitas Riau.http://aquaculture- unri.blogspot.com/2009/05/literatur-perikanan.html (diakses pada tanggal 07 maret 2011).
Rahardjo, 1990. Icthyology. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 122 Hal
Ridwan Manda Putra, Iesje Lukystiowati, Chaidir P. Pulungan, Budijono,Windarti. 2011. Penuntun Praktikum Ichthyology. Faperika. Pekanbaru.
Root, R. W. 1998. The respiratory function of the blood of marine fishes. Biol. Bull., 427-456
Yuniarti. http://hobiikan.blogspot.com/2004_02_01_archive.html (diakses pada tanggal 08 mei 2011)